Wakilrakyat.co , GORONTALO – Film Lafran Pane biografi pendiri Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dipastikan akan tayang di bioskop pada tanggal 20 Juni 2024 di seluruh Indonesia, termasuk di bioskop XXl Gorontalo.
Lafran Pane dikenal sebagai pendiri sekaligus ketua pertama organisasi mahasiswa bernama Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Lafran Pane mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 dan menjadi pahlawan nasional pada 2017 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional
Pada 2020, biografi dan kisah Lafran Pane akan diangkat ke layar lebar dan memulai proses produksinya saat pertengahan pandemi. Film yang direncanakan berjudul Lafran ini digarap Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) dan Reborn Initiatives selaku rumah produksi yang akhirnya memutuskan pasca-produksi dari film tersebut pada 2020.
Dikutip dari Antara, KAHMI dan Reborn melihat bahwa tahun 2024 menjadi momentum yang tepat untuk merilis film akan dibintangi oleh Dimas Anggara, Lala Karmela dan juga aktor senior Mathias Muchus.
Biografi Lafran Pane
Lafran Pane lahir pada 5 Februari 1922 di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Lafran lahir dari keluarga penulis dan aktivis.
Dilansir dari Jurnal UIN Sunan Gunung Djati, Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Hal tersebut diungkapkan oleh Dra. Tetty Sari, putri bungsu Lafran Pane yang didampingi abangnya Ir. M. Iqbal Pane dan bu Lafran Pane pada 25 Januari 1991 ketika jenazah almarhum Lafran Pane akan dimakamkan.
Peristiwa tersebut disaksikan oleh Akbar tanjung (mantan ketua DPR RI), Drs. Musa Ahmad (mantan ketua umum HMI Komisariat FKSS IKIP Yogya), Agussalim Sitompul (mantan ketua umum HMI Cabang Yogya), dan beberapa orang anggota HMI lainnya.
Ayahnya bernama Sutan Pangurabaan Pane, seorang jurnalis dan sastrawan, pendiri dan pemimpin Surat Kabar Sipirok-Pardomuan. Selain itu, Sutan Pangurabaan juga dikenal sebagai seorang guru dan pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sementara itu, dua kakak Lafran, Sanusi Pane dan Armijn Pane adalah sastrawan terkenal. Jejak karya dua tokoh tersebut bisa kita lacak dengan mudah di toko buku, perpustakaan, atau internet.
Sebagai anak dari tokoh Muhammadiyah, Lafran memulai pendidikan di Pesantren Muhammadiyah Sipirok. Lafran kerap berpindah-pindah sekolah hingga tingkat menengah. Akhirnya, Lafran Pane meneruskan sekolahnya di kelas tujuh di HIS Muhammadiyah, kemudian melanjutkan sekolahnya di Sekolah Tinggi Islam. Sebelum lulus dari STI, Lafran berpindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 yang sekarang masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Lalu, Lafran Pane mensosialisasikan gagasan keislaman dan keIndonesiannya. Pada Kongres Muslim Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia. Dalam tulisan tersebut, lafran membagi masyarakat islam menjadi 4 kelompok, pertama, golongan awam yaitu mereka yang mengamalkan ajaran Islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan seperti upacara kawin, mati dan selamatan.
Kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama Islam dipraktekan sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga, golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistik. Pengaruh mistik ini menyebabkan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan).
Sedangkan, golongan keempat yakni golongan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.
Lafran Pane wafat pada 25 Januari 1991 di Yogyakarta. Sedangkan, HMI yang diprakarsainya tetap hidup hingga saat ini. Selain sibuk berorganisasi, Lafran Pane juga meninggalkan 9 buku dan karya ilmiah. Lafran Pane juga ikut mendirikan PERSAMI (Persatuan Sarjana Muslim Indonesia) pada tahun 1964. Pemikiran Lafran Pane tertuang dalam tulisan-tulisan Lafran Pane, dan pengaruh pemikirannya dibuktikan dengan mendirikan HMI.
Lafran Pane yang kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional dikenal sebagai salah satu pendiri HMI pada 5 Februari 1947 yang ditetapkan lewat kongres XI HMI di Bogor pada 1974. Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsanya dan disebut sebagai pendiri HMI. Lafran Pane mempunyai tekad yang kuat dan Intelektual Muslim Indonesia sebagai manusia yang berdiri di barisan terdepan dalam membela Negara Republik Indonesia.