Wakilrakyat.co, Pohuwato – Pasca aksi demo yang berakhir rusuh di Pohuwato, beberapa hari kemudian beredar flyer seruan aksi mengatasnamakan “Gerakan September Melawan Aliansi Masyarakat Lingkar Tambang Pohuwato” yang di pelopori oleh Uten Umar sebagai jendral lapangan. Dalam flyer tersebut terdapat lima point tuntuan dan akan di ikuti oleh 20.000 masa aksi.
Beberapa hari kemudian, saat setelah flyer itu beredar di media sosial, Uten Umar, yang juga sebagai Jendral Lapangan dalam aliansi tersebut, melalui konferensi pers menyampaikan bahwa aksi itu tetap akan dilaksanakan dengan mempertimbangkan tehnis lapangan sehingga tidak akan terjadi hal hal yang sifatnya anarkis, (Senin, 25/09/2023).
“Iya, Sampai dengan hari ini belum ada solusi yang ideal oleh penambang. Diskusi yang dihasilkan diruangan tadi, belum bisa di pegang oleh penambang. Oleh karena itu, saya sebagai jendral lapangan, menyampaikan aksi tetap akan dilaksanakan. Tapi kami masih memikirkan metode-metode agar kemudian aksi yang kami laksanakan nanti tidak ada penyusup yang membuat kegaduhan akhirnya terjadi Tindakan-tindakan anarkis” Ucap Uten Pada saat Konferensi Pers.
Saat ini, beredar surat pengunduran diri dari dua orang Koordinator Lapangan Aksi Aliansi Masyarakat Lingkar Tambang. Dalam surat itu ditanda-tangani oleh Ropin Bagi dan Melki Bangga. Surat yang sudah diteruskan berkali-kali di WhatsApp Group itu menegaskan bahwa surat itu dibuat dalam kedaan sadar dan tanpa ada intervensi dari pihak manapun.
Saat di konfirmasi via seluler oleh Wakilrakyat.co, Ropin Bagi, sebagai salah-satu korlap yang mengundurkan diri itu membenarkan bahwa betul ia telah mengundurkan diri sebagai Koordinator Lapangan pada aliansi tersebut, (Selasa, 26/09/2023).
Saat ditanya apakah surat itu dibuat karena telah mendapatkan itervenasi dari pihak lain, dalam kesempatan yang sama Ropin Bagi menyampaikan bahwa surat pengunduran diri itu dibuat dalam keadaan sadar kemudian tidak ada intervensi dari pihak manapun.
“Kalau saya, dalam surat pernyataan itu saya buat dalam keadaan sadar dan memang benar bernar sadar itu”, Tegasnya.
Kata Ropin, Langkah yang di ambil olehnya lebih memilih kepada jalur diplomasi. Ia meyakini, dalam mengawal persoalan kasus pertambangan ini, jalur diplomasi adalah salah-satu langkah yang menurut ia dapat di tempuh tanpa harus terlibat langsung dengan aksi tersebut.
“Ada hal lain yang harus tidak bisa kita lupakan, yaitu jalur diplomasi. Saya pikir jalur diplomasi ini efektif ketika dijalankan juga. Saya lebih pilih jalur diplomasi soal langkah kedepan yang di ambil untuk saya tempuh pada konteks pengawalan yang saat ini kita tahu bersama kasus pertambangan yang ada di Kabupaten Pohuwato”, Paparnya.
Disatu sisi, Ropin bagi mempertimbangkan kondisi daerah pada saat setelah terjadi aksi kemarin, tentu situasi dan kondisi daerah benar benar belum kondusif. Mulai dari pengrusakan Kantor DPRD dan pembakaran Kantor Bupati.
“Pertimbangan yang saya pertimbangkan adalah, soal kondisi daerah yang memang belum kondusif saat ini, dengan tragedi, ada pembakaran di kantor Bupati, maka ini juga yang perlu di kawatirkan. Maka agar supaya lebih aman dan efektif, saya lebih memilih jalur diplomasi itu. Tutup Ropin. Mr. E10