Oleh : Novalliansyah Abdussamad
Gorontalo, 12 Desember 2024
Sampai saat ini, publik masih merasa heran dengan kekalahan yang dialami pasangan Merlan Uloli-Syamsu Botutihe (MULUS) pada pilkada Bone Bolango tahun 2024.
Meski menyandang sebagai calon petahana, Merlan Uloli tumbang di tangan ‘Si Gembala Sapi’ julukan populer Ismet Mile yang tak lain adalah mantan Bupati Bone Bolango berpasangan dengan Risman Tolingguhu (IRIS).
Sempat melakukan aksi konvoi kemenangan para pendukungnya, ‘Kutukan Petahana’ datang menghampiri Merlan Uloli saat hasil rekap formulir C1 menempatkan IRIS sebagai peraih suara terbanyak pada pilkada Bone Bolango.
Bagi penulis, secara teoritis ada empat penyebab ‘Kutukan Petahana’ bagi Merlan Uloli (Lucardi dan Rosas: 2016). Pertama, para penantang mampu mengeksplor kelemahan petahan selama menjabat. Merlan pada umumnya dinilai temperamental dikalangan birokrasi.
Bahkan sering Merlan Uloli terlihat mencurahkan emosinya kepada para bawahannya. Selain itu, anggapan negatif lain melekat pada personalisasi Merlan, soal layak dan tidaknya pemimpin perempuan. Terbukti, diwilayah Suwawa Cs, pasangan IRIS mendominasi.
Hal lain tentu saja berkaitan dengan dipaketkannya Merlan dengan Kakaknya, Tonny Uloli yang maju sebagai Calon Gubernur Gorontalo. Merlan banyak mendapat kerugian diakar rumput, banyak yang mendukung Merlan tapi beralih karena harus memilih pasangan Tonny Uloli-Marten Taha untuk Gubernur dan Wakil Gubernur.
Kedua, perilaku memilih masyarakat yang berorientasi pada penyeimbangan. Masyarakat Bone Bolango menginginkan hal itu, karena Merlan didukung oleh koalisi gemuk (Nasdem, PKB, PPP, Gelora) sementara IRIS hanya diusung oleh Partai Golkar dan Demokrat.
Artinya, bagi masyarakat denggan memilih IRIS akan ada perimbangan kekuatan diantara keduanya. Bisa dijadikan contoh lain juga pemilih melihat komunikasi politik IRIS lebih terterima dengan program-program kerakyatan yang ditawarkan.
Ketiga, sistem pilkada dengan suara mayoritas membuat pemilih tidak memiliki lagi kesempatan untuk “coba-coba”, banyak contoh negara demokrasi baru pada akhirnya memberikan pilihannya kepada penantang.
Pilkada Bone Bolango bukan ajang “coba-coba”, karena dari empat calon yang bertarung adalah figur populer. Merlan Uloli-Syamsu Botutihe adalah kombinasi birokrat-politisi. Amran Mustapa-Irwan Mamesa merupakan politisi yang lama duduk sebagai Anggota DPRD Bone Bolango.
Ismet Mile mantan Bupati Bone Bolango didampingi Risman Tolingguhu seorang pengusaha, dan terakhir Ishak Ntoma-Usman Hulopi pasangan birokrat-politisi.
Diantara ketiga calon yang menjadi penantang Merlan Uloli, hanya Ismet Mile-Risman Tolingguhu dinilai publik satu-satunya penantang paling serius dan tak main-main, masyarakat Bone Bolango praktis paham rekam jejak empat pasangan tersebut diatas.
Keempat, intervensi dari politisi di tingkatan yang lebih tinggi yang berpihak pada petahana seringkali menjadi bumerang bagi petahana. Contohnya figur Rachmat Gobel yang sangat menginginkan Bone Bolango dipimpin oleh kader Nasdem, yakni Merlan Uloli.
Program dan kegiatan-kegiatan Rachmat Gobel sebagai Wakil Ketua DPR RI lebih sering diarahkan ke Kabupaten Bone Bolango untuk mendongkrak citra Merlan Uloli sebagai Bupati dari Partai Nasdem.
Bisa saja, masyarakat Bone Bolango menilai bahwa Merlan Uloli tidak memiliki kapasitas dan kemandirian dalam membangun Kabupaten Bone Bolango, padahal Merlan Uloli seorang birokrat tulen sebelum memutuskan menjadi politisi.